AGRARIA.TODAY — Upacara hari pahlawan pada tahun ini yang mengusung tema “Pahlawanku Inspirasiku” berlangsung khidmat di halaman balai Kota Payakumbuh, Rabu (10/11).
Upacara bendera diikuti oleh Wakil Wali Kota Erwin Yunaz selaku inspektur upacara, dan undangan Dandim 0306/50 Kota Letkol Inf. Moch Denny Nurcahoyono, Kapolres AKBP Alex Prawira, Kepala BNNK Febrian Jufril, Kakankemenag Ramza Husmen, Kajari Suwarsono, Ketua Pengadilan Negeri Kurniawan Widjonarko, unsur forkopimda lainnya, serta kepala OPD di lingkungan Pemko Payakumbuh.
Sementara itu, Perwira Upacara Kapten Inf. Salim dari Kodim 0306/50 Kota dan komandan upacara Ipda Aiga Putra dari Polres Payakumbuh, peserta upacara dari unsur TNI-POLRI, ASN, Satpol PP, Dishub, FKPPI, dan siswa SMA.
Pengibar Bendera ada M Bimantara Widyanto dari SMAN 2 Payakumbuh, Bayu Tirta dari SMA Raudhatul Jannah, dan Adit Kurniadi dari SMAN 2 Payakumbuh, sementara itu pembawa bendera Mutiara Depuspa dari SMAN 2 Payakumbuh.
Pembacaan UUD 1945 oleh Febriko Sastra, guru SMPN 5 Payakumbuh, pembaca pesan-pesan pahlawan Annisa Salsabila Nidia dari SMAN 1 Payakumbuh, Silvia Putri Kinanti dari SMAN 2 Payakumbuh, Muhammad Hasbi Al-farisyi dari SMAN 4 Payakumbuh, dan Nur Asharah dari SMAN 5 Payakumbuh.
Pembacaan Doa oleh Hamdan Zubir dari Kantor Kemenag Kota Payakumbuh dan Korsik dari Pemko Payakumbuh di bawah binaan An Denitral yang juga Kabid Rehabilitasi Dan Rekonstruksi BPBD Payakumbuh.
Wakil Wali Kota Erwin Yunaz menyampaikan ananat Menteri Sosial Republik Indonesia. Negeri ini mengalami penjajahan yang panjang dan menyakitkan. Berkali–kali pemberontakan lokal dikobarkan terhadap penjajah dalam kurun waktu 350 tahun, namun selalu mengalami kegagalan. Ratusan tahun kita terpecah–pecah karena politik devide et impera atau politik adu domba.
Para pendiri bangsa ini menyadarinya dengan membangun identitas bahwa kita semua bersaudara, sebangsa dan setanah air. Inilah pelajaran berharga. Lidi kuat akan sulit dipatahkan jika dalam kesatuan.
Kita sadar bahwa kita berbeda–beda, tetapi jangan sampai terpecah–pecah oleh perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan), karena akan membuat mundur jauh ke era sebelum Sumpah Pemuda 1928.
Kita harus terus menggelorakan semangat Gotong royong serta Persatuan dan Kesatuan Indonesia. Perbedaan justru semakin memperkaya dan memperkuat kita, Bangsa Indonesia. Seraya mengembangkan toleransi terhadap perbedaan yang ada, dengan berdasar seloka : Bhinneka Tunggal Ika, berbeda–beda namun tetap satu jua.
Kita harus lebih maju dari tahun sebelumnya. Kita akan buktikan pada dunia, kalau bersama kita bisa mewujudkan cita–cita para Pahlawan. Karena kita bukan bangsa lemah, yang menerima kemerdekaaan sebagai hadiah penjajah, secara bersama kita mengalahkan dan mengusir balatentara terkuat dunia.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan ini harus kita contoh, dengan satu tekad, gigih berjuang dan pantang menyerah tanpa mengenal perbedaan apapun, serta tidak pernah peduli akan keterbatasan atau halangan.
Para Pahlawan kita dengan gagah berani memilih melawan bombardir dari kapal perang dan pesawat tempur serta tank dan senjata canggih lainnya walau terkadang hanya dengan bambu runcing dan keyakinan yang tinggi untuk mempertahankan kemerdekaan, yang berbalut semboyan Merdeka atau Mati, jiwa persatuan yang tidak menanyakan asal–usul dan semangat pantang menyerah inilah yang harus kita resapi dan lestarikan sebagai bangsa dalam menghadapi tantangan dan ancaman apapun. Kita adalah anak dan cucu kandung para Pahlawan Bangsa. (Fr)