Dengan mengandalkan pertanian, pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh selalu berada di atas rata-rata Sumatera Barat. Generasi muda terampil sedang disiapkan.

Payakumbuh di Sumatera Barat itu unik. “Dilabeli kota, tapi pertanian masih menjadi andalan utama. Bidang jasa dan perdagangan memang tumbuh, namun kami tidak bisa mengabaikan pertanian, karena bidang ini yang banyak dikerjakan oleh masyarakat,” ungkap Wali Kota Payakumbuh, Riza Falepi. Riza memimpin Kota Payakumbuh untuk periode 2017-2022.

Memang, sejak masa kolonial Belanda, Payakumbuh telah menjadi pusat pelayanan pemerintahan, perdagangan, dan pendidikan, terutama bagi Luhak Limo Puluah Koto. Pada masa ini, Payakumbuh merupakan tempat kedudukan asisten residen yang menguasai wilayah Luhak Limo Puluah Koto. Sementara itu, pada masa penjajahan Jepang, Payakumbuh dijadikan pusat kedudukan pemerintah Luhak Limo Puluah Koto.

Pada tahun 2008, dilakukan pemekaran wilayah kecamatan di Payakumbuh. Sejak itu, di Kota Payakumbuh ada 5 wilayah kecamatan, dengan 8 kanagarian dan 76 wilayah kelurahan.

Foto dok. Istimewa

Kelima kecamatan tersebut adalah Kecamatan Lamposi Tigo Nagari, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kecamatan Payakumbuh Timur, dan Kecamatan Payakumbuh Utara.

Kecamatan Lamposi Tigo Nagari terdiri dari 6 kelurahan dalam Kanagarian Lampasi. Kecamatan Payakumbuh Selatan terdiri dari 9 kelurahan dalam 2 kanagarian, yaitu Limbukan dan Aur Kuning. Kecamatan Payakumbuh Barat terdiri dari 22 kelurahan dalam Kanagarian Koto Nan IV. Kecamatan Payakumbuh Timur terdiri dari 14 kelurahan dalam 3 kanagarian, yaitu Aie Tabik, Payobasuang, dan Tiakar. Kecamatan Payakumbuh Utara terdiri dari 25 kelurahan dalam Kanagarian Koto Nan Godang.

Secara geografis, Kota Payakumbuh terletak di daerah dataran tinggi yang merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kota Payakumbuh berada pada hamparan kaki Gunung Sago dan memiliki bentang alamnya memiliki ketinggian bervariasi.

Baca juga  Kabut Masih Berselimut, Pasien ISPA Adnaan WD Payakumbuh Menyemut

Topografi daerah kota ini terdiri dari perbukitan dengan rata-rata ketinggian 514 meter di atas permukaan laut. Wilayahnya dilalui oleh tiga sungai, yaitu Batang Agam, Batang Lampasi, dan Batang Sinama. Suhu udaranya rata-rata berkisar antara 26° C dengan kelembapan udara 45% sampai 50%.

Di bawah kepemimpinan pasangan Wali Kota Riza Falepi, pembangunan di Kota Payakumbuh terus menggeliat, meski Sektor pertanian masih menjadi faktor utama dalam peningkatan ekonomi. Kendati demikian, ungkap Riza, sulit sekali melakukan perluasan lahan pertanian di Payakumbuh sekarang ini.

“Yang kami kemudian lakukan adalah meningkatkan produksi di bidang pertanian dan meningkatkan keterampilan warga sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di bidang manufaktur,” ujar Riza. Luas wilayah Payakumbuh adalah 80,43 km² atau 0,19% dari luas wilayah Sumatera Barat.

Untuk itu, Wali Kota Riza beserta jajarannya pun memberi perhatian besar pada pendidikan, bukan saja pendidikan formal dan informal, tapi juga pendidikan nonformal. Pendidikan vokasional formal dilakukan lewat sekolah-sekolah menengah kejuruan dan yang informal lewat lembaga-lembaga kursus. Yang nonformal berupa pelatihan kerja (workshop).

”Saya ingin anak-anak muda Payakumbuh memiliki ragam keterampilan. Dalam bahasa sehari-harinya palugada (apa lu mau, gua ada)” kata Riza setengah bercanda.

Lebih lanjut, Rizal Falepi, ST, MT lulusan Institut Teknologi Bandung itu menjelaskan, anak-anak muda Payukumbuh yang terampil itu nantinya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan di kotanya sendiri, tapi juga kebutuhan di tingkat nasional.”Saya sampai menjalin kerja sama dengan sebuah perusahaan di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Saya tanya kebutuhan tenaga terampil apa yang mereka butuhkan, kami akan menyediakan,” ujar pria kelahiran Payakumbuh pada 17 Juni 1970 ini.

Baca juga  Payakumbuh Bersinar Sasar Koto Tuo Limo Kampuang

Industri-industri yang ada di Payakumbuh memang masih masih berskala kecil. Biarpun begitu, sudah ada industri yang mampu berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, antara lain industri sula– man bordir dan songkok/kopiah/peci.

Potensi yang ada seperti pariwisata, kuliner, dan pembuatan penganan rendang kering oleh-oleh yang sudah dikenal juga terus dikembangkan. Beberapa kawasan wisata di kota ini antara lain Ngalau Indah, Ngalau Sompik, Puncak Simarajo, dan Panorama Ampangan. Selain itu ada pertunjukan pacu itik yang merupakan tradisi tahunan nagari-nagari, yang juga menjadi salah satu atraksi pariwisata di kota ini. []