AGRARIA.TODAY – Beberapa waktu lalu, Pak Letjen (Pur) Doni Monardo, mantan Ka BNPB yg sekarang melanjutkan keseriusannya merawat alam, berkunjung ke sekolah kami di Cirendeu. Dalam kuliahnya di depan sekitar 500 anak-anak kami, para calon dokter, beliau menyinggung masalah air minum. Bahwa sebagian besar air yang disediakan oleh perusahaan daerah terutama di kota-kota besar, sudah tidak layak minum karena tercemar. Sehingga di kota- kota, orang-orang menjadi terbiasa meminum air kemasan, yang kalau di rupiahkan dalam sehari, menghabiskan sekitar 75 M (!!). Keterangan beliau ini benar-benar membuat saya terperangah. Begitu besarnya kerugian yang kita terima akibat kecerobohan kita sendiri dalam mengeksploitasi alam.
Malam ini, sesampai di rumah, saya membuka info tentang COP26 yang sedang berlangsung di Glasgow. Info Al Jazeera justru adalah tentang demonstrasi yang diikuti ribuan anak sekolah di Glasgow, menyuarakan kekhawatiran mereka tentang kondisi bumi di tahun 2030. Mereka sama sekali tidak mempercayai apa pun yang menjadi keputusan bersama para pemimpin dunia di pertemuan COP26. Mereka justru meyakini bahwa apa yang diputuskan para pemimpin dalam COP26 itu justeru akan membuat bumi semakin hancur. Karena menurut mereka, para pemimpin itu hanya perduli pada pengusaha dan isu ekonomi, mereka tidak bersungguh-sunguh ingin merawat bumi. Seorang anak yang berdemo mengatakan ”By 2030 things will have already gone really dramatic. Kids like Issy and me, will have grown up and we will know nothing except pollution. And i think there needs to be a revolution before anything happens..”
Saya sedih melihat ekspresi anak itu. Anak umur sekitar 15 tahun itu mungkin sedang sangat gelisah memikirkan masa depannya. Masa depan tempat tinggalnya. Di tahun 2030, ketika dia menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri, mungkin dia akan antri membeli air minum kemasan yang dijual dengan harga mahal. Mungkin dia tidak bisa lagi makan sayuran karena semua sudah tercemar dengan pestisida dalam level yang membahayakan. Pak Jenderal Jagoan menyatakan bahwa bahkan tahu dan ikan yang dijual di pasar-pasar sebagian mengandung formalin, betapa menakutkan. Saya bayangkan betapa rumitnya apa yang harus dihadapi manusia di masa itu. 😰

Mbah Sadiman Wonogiri
Tentu kalau kita drag semua pikiran kita pada bayangan masa depan yang penuh polusi, akan membawa kita pada keputusasaan. Akhirnya kita depresi dan malah tidak berbuat apa-apa. Ada banyak kisah inspiratif orang-orang yang berbuat untuk alam. Saya baru membaca kisah Mbah Sadiman di Wonogiri, yang menanami lahan gundul seluas 250 hektar selams 24 tahun, dan sekarang karena ketekunannya, seluruh desa yang ada di sekitar lahan itu kembali memperoleh sumber air minum yang sehat dan bersih, karena lahan gundul tadi sudah menjadi sangat hijau dengan pohon-pohon beringin dan pohon finus yang sudah tumbuh rimbun dan besar. Ada suami isteri di Prancis yang menjadikan 30 hektar lahan kering menjadi pusat tanaman tropis. Dan dalam kurun waktu 35 tahun, lahan 30 hektar itu berubah menjadi hutan kecil yang eksotis dan kaya dengan oksigen. Kini hutan mini itu menjadi destinasi liburan sebagian warga Prancis. Atau seorang pengusaha di Cote D’Ivoire yang mengumpulkan botol-botol plastik kemudian menjadikannya sebagai pulau terapung. Di atas pulau itu ia bangun pusat kuliner untuk warga setempat. Setiap minggu, sekitar 100 orang warga dapat menikmati udara laut yg segar di atas pulau terapung itu. Atau pak Doni Monardo sendiri, yang sudah mengubah sungai Citarum yg pernah berpredikat sebagai sungai terkotor di dunia, menjadi Citarum yang harum bahkan menjadi tempat wisata dan olah raga air. Prestasi orang-orang yg berbuat baik ini, mungkin tidak banyak diketahui orang. Dan sayapun yakin, bahwa orang-orang ini melakukan semua itu, bukan untuk mencari nama dan eksistensi. Mereka melakukan itu semata sebagai bentuk keperdulian terhadap ras manusia, yang harus terus eksis di muka bumi, sebagai satu-satunyanya planet di galaksi ini, yang menyediakan kehidupan untuk berbagai makhluk.
Karena itu, meski dalam parodi yang dibuat oleh Greta Thurnbeg cs, mereka mengatakan ”We don’t have time and we don’t have space”, saya tetap meyakini, bahwa kita masih punya waktu utk menyelamatkan bumi. Seperti yang selalu disampaikan oleh Pak Doni Monardo, ubah prilaku, karena hanya denganvmengubah prilaku, kita dapat menyelamatkan alam. Mulailah menanam pohon dalam setiap kesempatan, kurangi bahkan hentikan penggunaan plastik, dan kurangi produksi sampah dengan melakukan aktivitas yg efisien dan efektif.Dan kalau kita semua, mau melakukan itu semua mulai malam ini, insyaAllah, apa yang dikhawatirkan anak-anak di Glasgow, tidak terjadi. Dan insyaAllah, kita para orang tua, akan dapat mewariskan bumi yang hijau pada generasi penerus ras manusia. Mari Jaga Alam, agar Alam Menjaga Kita. (RKH, 081121)