(Egy Massadiah, catatan dari Markas Gugas Covid 19)

Hari Kamis (7/5/2020) menjadi hari yang manis. Terkhusus bagi Kepala Gugus Tugas Percepatan Penangangan Covid-19, Doni Monardo. Saat buka puasa, terhidang sukun goreng, sukun rebus, dan gula merah di lantai 10, Graha BNPB.

Doni pun membuka kisah. Tepatnya di ruang tengah lantai 10 yang kerap dijadikan ajang kongkow usai berbuka puasa kepada tamu dan staf.

Di mana letak manisnya? Letaknya pada kenangan tiga tahun berselang. Terjadi nun di Pulau Seram, Maluku, saat ia menjabat Pangdam XVI/Pattimura. Kenangan indah berbuah manis, yang terkait dengan hidangan sukun dan gula merah malam itu.

Benar. Siang sebelumnya, sebuah paket meluncur, ditujukan untuk Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo.

Pengirimnya, mantan anak buah Doni di Batalyon 731. Ini merupakan salah satu batalyon di bawah Korem 151/Binaya, Kodam XVI/Pattimura.

Isinya? Buah-buah sukun dan gula merah.
Yang lebih menarik adalah, sukun-sukun kiriman itu, dipetik langsung dari ‘pohon sukun doni monardo’. Benar, pohon sukun yang ditanam langsung oleh kedua tangan Doni Monardo pada 4 Januari 2017, dan kini telah tumbuh dan berbuah lebat.

Pohon itu ditanam serentak bersama 150.000 bibit pohon lain di areal Batalon 731 yang terletak di kota Masohi.
Kota Masohi adalah ibu kota Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Letaknya di Pulau Seram, pulau terbesar di Maluku.

Kota Masohi terletak di tepian Teluk Elpaputih di sisi selatan Pulau Seram. Sebagian besar wilayahnya memiliki topografi berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-110 Mdpl.
Satu di antara banyak prajurit Yonif 731 yang tahu betul kisah ‘pohon sukun doni monardo’ tadi adalah Kapten (Inf) Isaach Pasireron.

“Saat penanaman pohon tahun 2017, pangkat saya masih Letnan Satu. Waktu itu pak Doni memang melakukan gerakan penghijauan dengan menanam 150.000 pohon keras sumbangan PT PLN,” ujar Isaach Pasireron saat dihubungi via telepon, Jumat (8/5/2020).

Sebelum penanaman, prajurit Yonif 731 terlebih dulu melakukan pembukaan lahan milik batalyon. “Kira-kira akhir tahun 2016 kami memulai pembukaan lahan batalyon yang tidak dimanfaatkan dan menjadi semak belukar. Awal tahun 2017 terbuka lahan seluas kurang lebih 24 hektare. Di situlah program penghijauan dilaksanakan,” tutur Isaach.

Selain Pangdam Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, para pejabat lain juga hadir dalam gerakan penghijauan tadi. Dari PLN hadir Komisaris Jenderal (Pur) Budiman, Direktur HCM PT. PLN Muhammad Ali, PLT Bupati Malteng, M. Saleh Thio dan pejabat lain baik dari PLN, Kementrian Lingkungan Hidup, Pemprov Maluku, dan Maluku Utara.

Baca juga  HADAPI DENGAN SENYUMAN

Ada kisah lain di balik buah sukun yang tempo hari melengkapi hidangan berbuka puasa di Graha BNPB.

Kisah ketika Doni Monardo dipanggil Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya. Selain Doni, dipanggil juga Gubernur Maluku dan Maluku Utara, serta Dirut PLN dan Dirut Pertamina.

Intinya, Menteri Nurbaya meminta bantuan Pangdam Pattimura agar dapat membantu melaksanakan program-program di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, dengan menanam pohon keras dan buah–buahan di kawasan hutan kritis.

Pertamina membantu penghijauan di Gunung Botak, Pulau Buru. Sedangkan, PLN membantu penghijauan di Masohi, Pulau Seram.

Permintaan tolong Menteri Nurabaya bak gayung bersambut. Sebab, jauh sebelum diminta membantu penghijauan lahan kritis, Doni di Maluku sudah menggulirkan dua program: Emas Hijau dan Emas Biru.

“Dengan gerak cepat, kami membuka lahan tidur di lingkungan batalyon. Tanah di Pulau Seram umumnya sangat subur. Ditanam apa saja tumbuh. Jadi, gerakan penghijauan yang dicanangkan pak Doni relatif tidak ada kendala terkait kesuburan tanah,” papar Isaach.

Terbukti, pohon-pohon yang ditanam relatif tumbuh dengan baik. Persentase pohon yang mati, sangat kecil. Bahkan, semua pohon yang diberi pelang nama penanamnya, tumbuh dengan baik.

“Pohon-pohon yang ditanam oleh para pimpinan dipasang pelang nama. Semua tumbuh, ada yang sangat subur, ada yang biasa-biasa saja. Dan ‘pohon sukun doni monardo’ termasuk yang subur dan banyak buahnya,” kata Isaach sambil tertawa.

Dikisahkan, sejak ditanam awal 2017, ‘pohon sukun doni monardo’ sudah tiga kali berbuah. Isaach menjamin pohon-pohon itu akan terus terawat dengan baik. Selain menjadi tanggung jawab batalyon, saat ini juga ada beberapa prajurit yang berkebun di lahan tadi, dengan pola tumpang sari.

“Mereka ikut membantu merawat perkebunan hasil penghijauan era pak Doni,” ujarnya.

Saat ditanya, apakah penghijauan tadi berhasil mengatasi bencana rutin berupa kebakaran hutan, banjir, dan longsor? Isaach cepat menjawab, “Alhamdulillah, dengan adanya penghijauan ini, serta seringnya kami melakukan sosialisasi, hasilnya sangat positif,” katanya.

Gunung Karai yang sering terbakar, kini relatif jarang. Sebab, area hutan di gunung yang dulu banyak ditumbuhi ilalang dan mudah terbakar, kini sudah banyak ditumbuhi tanaman-tanaman keras.

Akibatnya, banjir sudah sangat jauh berkurang. Bencana longsor tidak ada lagi.
“Tapi menurut saya itu hanya sebab-akibat. Lebih penting dari itu adalah, saat ini sudah banyak warga Maluku Tengah yang sadar akan pentingnya penghijauan. Sadar akan bahaya menebang pohon secara liar. Jadi menurut saya, tumbuhnya kesadaran masyarakat inilah yang tak ternilai harganya,” kata Isaach serius.

Baca juga  Bukan HGU 190 Tahun, Investor Lebih Butuh Social Accepatnce dalam Berbisnis di IKN

Indikasi lain kesadaran masyarakat menanam pohon, adalah datangnya permintaan bibit ke Batalyon. “Perlu saya laporkan, Pak Doni waktu itu tidak hanya menanam pohon, tapi juga meminta kami menyiapkan satu juta bibit pohon tanaman, berupa pohon keras, pohon buah, dan rempah,” katanya.

Perintah Doni terlaksana dengan baik. Hingga kini, batalyon selalu siap dengan satu juta bibit tanaman. Untuk pohon keras, mereka memiliki beberapa jenis, antara lain bibit pohon merbau, meranti, jabon merah, masoya, dan palaka. Sedangkan untuk pohon buah, hampir semua jenis buah mereka punya. Buah durian, sukun, duku, manggis, rambutan, dan lain-lain.

Sedangkan tanaman rempah yang mereka siapkan bibitnya antara lain cengkeh dan pala.
Bibit-bibit itu akan diberikan secara gratis kepada siapa saja yang berniat melakukan penghijauan, atau penanaman.

“Pesan bapak (Doni Monardo-pen), tidak boleh menjual bibit. Bibit harus diberikan kepada siapa saja yang datang dan memerlukan secara gratis. Silakan datang dan minta, kami beri,” kata Isaach.

Ditegaskan, sejak 2017 sampai sekarang, kebun pembibitan Batalyon 731 tidak pernah kosong. Selalu tersedia. Bibit-bibit itu, pada akhirnya tidak hanya menyebar ke seluruh wilayah Maluku dan Maluku Utara, tetapi sampai ke luar Maluku.

“Benar, pernah ada yang minta dari Palembang, dan kami kirim ke sana,” kata Isaach.
Demi mendengar semua kabar baik dari Masohi tadi, sungguh menggembirakan. Buah-buah sukun yang masih tersisa barang-satu-dua butir, pasti akan lebih nikmat lagi rasanya.

(Egy Massadiah, catatan dari Markas Gugas Covid 19)

#MaskerUntukSemua
#jagajarak
#BERSATU🇮🇩TANGGUH…BERSATU🇮🇩SEMBUH
#tidakmudik