Ada pameo yang sangat terkenal yaitu – “Lokasi-Lokasi-Lokasi”, yang artinya sangat sederhana, yaitu lokasi yang strategis selalu akan punya daya saing tersendiri yang sangat menguntungkan . Hal ini berlaku dalam banyak hal, misalnya dalam persaingan ritel dan juga real-estate. Lokasi yang strategis selalu punya nilai jual yang lebih tinggi. Sehingga lokasi yang strategis selalu menjadi rebutan. Pertanyaan ini juga seringkali ditanyakan kepada saya. Apakah lokasi sebuah negara, memiliki keuntungan strategis juga. Indonesia misalnya yang berlokasi di Khatulistiwa, apakah juga memiliki keuntungan strategis ?

Menurut PBB didunia ini ada 193 negara, dan 13 diantaranya terletak di Khatulistiwa termasuk Indonesia. Setengah dari 13 negara ini, termasuk negara-negara paling miskin di dunia. Dibanding negara-negara di Asia, Indonesia juga agak ketinggalan ekonominya dibanding negara-negara lain di Asia. Namun jangan pesimis dahulu. Walaupun tantangannya sangat banyak, diperlukan sebuah pandangan jenius, untuk membalik situasi dan menjadikan lokasi dan bentuk geografi Indonesia menjadi satu daya saing yang luar biasa – yang berkekuatan ekonomi.

Lokasi Indonesia di Khatulistiwa memang memiliki sejumlah kelemahan dan keuntungan juga. Salah satu yang sangat menguntungkan negara-negara di Khatulistiwa lebih terhindar dari bencana alam seperti taifun dan angin besar. Konon karena di Khatulistiwa tidak ada kekuatan yang disebut enerji Coriolis. Seorang ahli matematika dari Perancis Gaspard Gustave de Coriolis yang menemukan fenomena ini karena rotasi bumi diporosnya. Sehingga fenomena ini dinamakan Coriolis sebagai bentuk penghormatan.

Negara-negara seperti Vietnam, Taiwan, Korea dan Jepang, selalu terancam bencana taifun yang jumlahnya cukup banyak mendekati selusin selama 12 bulan. Dengan situasi “Climate Change” yang semakin memburuk, diperkirakan jumlah taifun ini akan semakin bertambah tiap tahunnya. Suhu air laut yang terus memanas diperkirakan akan menambah jumlah taifun 10%-15% dalam tahun-tahun mendatang.

Ini baru satu sebab, belum lagi keuntungan yang lain. Untuk memetik faedah potensi ekonomi Indonesia dari letak dan bentuk geografisnya, kita harus memetakan semua keuntungan dan kelemahan daya saing ekonomi yang tercipta gara-gara bentuk dan lokasi geografis yang sangat unik ini. Ini harus kita berdayakan menjadi potensi ekonomi secara strategis. Secara luas, Indonesia menempati urutan nomer 15 didunia sebagai negara terluas. Walaupun Indonesia mungkin kalah dengan berbagai negara, tetapi bentuk Indonesia dengan 17.508 pulau, merupakan negara kepulauan terbesar didunia. Keunikan ini jarang kita berdayakan. Bayangkan hanya 6.000 pulau lebih yang dihuni manusia, sisanya tidak berpenghuni dan mungkin belum di inventaris sumber alamnya secara rinci dan lengkap.

Baca juga  Ekonomi Artisan – Canda Bisnis ala Kafi Kurnia

Salah satu keuntungan yang sangat misterius adalah adalah keragaman nabati dan hayati bagi negara-negara di Khatulistiwa jauh lebih kaya dan beragam. Keragaman ini seringkali dianggap sebagai harta karun yang luar biasa. Dan diantara 13 negara di Khatulistiwa, barangkali hanya Indonesia dan Brazil (dengan Amazon-nya) yang dianggap sangat istimewa. Kedua negara ini dianggap strategis sebagai paru-paru dunia. Itulah sebabnya pembukaan hutan Amazon selalu ditentang para aktivis lingkungan dunia. Sayangnya hutan lebat di Indonesia juga sudah banyak yang sirna, karena dijadikan lahan perkebunan.

Letak geografis Indonesia di Khatulistiwa, misalnya menciptakan keuntungan daya saing yang sangat luar biasa, terhadap tanaman kopi. Iklim tropis dengan curah hujan yang sangat banyak, membuat kopi sebagai tanaman super ideal di Indonesia. Tanah vulkanik di banyak pegunungan yang tersebar di Indonesia sangat subur dan membuat kopi di Indonesia menjadi harta karun yang luar biasa. Akibatnya di Indonesia, lokasi-lokasi tertentu dengan kondisi tanah dan iklim yang unik menciptakan kopi khusus “single origin” yang banyak dicari orang. Indonesia saat ini memiliki minimal 8 “single origin” kopi yang mendunia. Saingan negara Khatulistiwa yang juga handal dalam memproduksi kopi adalah Brazil dan Columbia. Namun karena bentuk geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan maka keragaman kopi Indonesia dianggap jauh lebih unik. Mumpung kopi sedang ngetrend di dunia, mestinya kopi bisa dijadikan andalan ekspor Indonesia dan menjadi peluang potensi ekonomi yang sangat besar. Apalagi budaya kopi kita cukup unik, misalnya saja fenomena kopi luwak yang mendunia.

Seorang teman memberikan bisikan kepada saya, bahwa turisme di Perancis, mendatangkan turis sejumlah 90 juta orang pertahun, dengan kontribusi ke GDP hampir 80 milyar Euro. Bandingkan dengan Indonesia yang baru bisa mendatangkan turis sekitar 16,11 juta orang pada tahun 2019. Dan kontribusinya terhadap GDP baru sekitar 5%. Menempatkan Indonesia pada posisi sekitar ke 22 pasar turisme dunia. Padahal dengan iklim dan 17,000 lebih pulau, mestinya Indonesia menjadi surga dunia. Begitu bisikan teman saya. Buktinya dari tahun ke tahun kita terus menemukan obyek-obyek pariwisata baru, setelah Bali, Lombok, Labuan Bajo, Raja Ampat dstnya. Tidak bakalan habis-habisnya. Cuaca Indonesia yang tropis juga ideal bagi turis-turis yang semakin tersiksa dengan “climate change”. Satu hal lagi, berlibur ke Indonesia masih cukup murah, sehingga banyak turis yang menjadikan Indonesian tujuan favorit mereka.

Baca juga  Ekonomi Jurus 2021 – Canda Bisnis ala Kafi Kurnia

Kesimpulannya cukup sederhana, bagaimana kita menyiasati semua keuntungan-keuntungan ini. Memberdayakannya, dan menjadikan aset daya saing. Lalu mempromosikannya sehingga mendunia. Multatuli menyebut Indonesia sebagai sabuk jamrud di Khatulistiwa. Saya yakin ucapan ini, bukan mengada-ada begitu saja. Tetapi bukti kekaguman yang sangat luar biasa. Lokasi dan bentuk geografis Indonesia di Khatulistiwa adalah anugerah Tuhan yang paling besar. Artikel ini dalam keterbatasannya, hanya membahas hal-hal yang sangat sedikit. Padahal bila kita telusuri lebih dalam, optimisme kita akan tumbuh menjadi euforia yang gegap gempita. Semoga Indonesia berjaya !

 

#SiapUntukSelamat
#KitaJagaAlamJagaKita
#BudayaSadarBencana
#BersatuLawanCovid19
#CuciTangan
#JagaJarak
#MaskerUntukSemua
#TidakMudik
#DiRumahAja