Banyak orang yang tidak menyukai duren. Tapi yang suka jauh lebih banyak lagi. Tak heran apabila duren dijuluki “Raja Buah”. Buah eksotis ini yang dulunya hanya disukai di Asean, kini sudah meluas ke seluruh Asia dan benua-benua lainnya. Pada tanggal 5 Oktober kemarin – Malaysia dan China melakukan Festival Duren On-line, dan hasilnya hanya dalam 50 menit terjual duren Musan King senilai Rp. 216 milyar. Luar biasa ! Dan kita hanya bisa terkagum-kagum. Tahun 2019, China mengimpor duren dari Malaysia, yang nilainya hampir 1 trilyun rupiah.
Anda mungkin bertanya berapa besar potensi buah duren secara ekonomi ? Berdasarkan laporan di buat DurianHarvests.com pada tahun 2016 – konsumsi durian sebagai buah segar mencapai diatas 200 trilyun Rupiah. Sedangkan konsumsi durian diluar buah segar, jauh lebih besar karena mencapai hampir 4,000 trilyun Rupiah atau diatas $ 275 milyar dollar. Sebuah potensi ekonomi yang sangat besar dan perlu dikapitalisasi Indonesia.
Konon Indonesia memiliki 100 spesies duren diseluruh wilayah Nusantara, dan Thailand 300 spesies dan Malaysia 100 spesies. Dari 100 spesies yang dimiliki Indonesia konon 10 spesies sudah masuk jalur komersial dan dikonsumsi masyarakat Indonesia secara meluas.
Beberapa tahun yang lalu saya pernah diajak ke Bentong sebuah wilayah disebelah barat Pahang, Malaysia. Kabarnya duren Musan King yang terbaik datang dari wilayah ini. Teman saya berpesan, agar mengosongkan perut sebelum menikmati Raja Duren – Musan King ini. Kami tiba di Bentong sekitar jam 1.30 an siang, lalu kami diajak makan bihun goreng yang sangat sederhana. Hampir tidak ada dagingnya, tujuannya agar perut kami diisi oleh karbohidrat sederhana. Setengah jam kemudian baru duren Musan King tiba. Duren ini dipetik tadi pagi, dan waktu terbaik untuk menikmati duren Musan King ini adalah 6 jam setelah di panen dari kebun.
Ada 3 kelas duren Musan King yang disajikan kepada kami. Di mulai dari kualitas terendah hingga yang paling tinggi. Pengalamannya sungguh luar biasa. Benar-benar seperti di surga menikmati duren Musan King dengan kualitas tertinggi. Pengalaman itu sangat sukar saya lupakan. Karena penuh dengan pencerahan, dan memperlihatkan bagaimana Malaysia super serius dalam manajemen duren ini. Menurut teman saya, untuk menjaga mutu duren Musan King ini, jumlah eksportir di batasi dan disertifikasi. Malaysia ingin turis datang ke Malaysia untuk menikmati duren Musan King, artinya duren Musan King ini menjadi magnet juga untuk pariwisata Malaysia.
Duren Musan King ini memiliki alias yaitu D197, menurut teman saya D197, adalah nama duren ini ketika keluar dari Pusat R&D Malaysia. Menurut sejarah pada tahun 1662, Jacques de Bourges seorang pendeta Katholik berkunjung ke kerajaan Ayutthaya di Thailand – dan dalam catatannya menulis tentang buah duren. Sejak itu duren banyak ditulis dan diperhatikan pelancong dari Barat dan berkembanglah sebuah kenikmatan yang menjadi fenomena bagi pelancong dari Barat. Bagaimana mungkin buah dengan bau busuk (menurut mereka) bisa mendatangkan kepuasan kuliner yang sangat luar biasa. Tapi duren Monthong yang sangat terkenal itu konon baru ada semenjak awal 80’an, dan kemudian menjadi primadona ekspor di Thailand.
Menurut dongeng teman saya, Pemerintah Malaysia kemudian ikut juga melirik potensi duren, dan lewat pengembangan pembibitan di laboratorium, ditemukanlah sejumlah duren baru, diantaranya D24 (Sultan), D 160, D 13, D 101, dan yang paling beken adalah D197 alias Musan King. Malah D197 katanya memiliki DNA duren dari Kalimantan. Karena janganlah anda lupa Malaysia memiliki wilayah di Kalimantan yaitu Sabah dan Sarawak. Lanjut dongeng, bibit ini kemudian dibagikan ke para petani di Malaysia disertai dengan kredit permodalan. Maklum saja menanam duren butuh waktu tahunan. Setelah itu dongeng menjadi legenda hingga kini. Asal tahu saja, harga duren Musan King bisa mencapai diatas $ 20 sekg di saat musim tertentu.
3 negara Thailand, Malaysia dan Indonesia, memproduksi lebih dari 1,5 juta ton duren setiap tahun. Dan baru 30% yang di ekspor. Konsumsi dalam negeri Indonesia sendiri mencapai lebih dari 600 ribu ton setahun. Jadi duren memiliki potensi ekonomi yang harus kita kembangkan. Di Malaysia, sudah banyak toko oleh-oleh duren dengan aneka produk, mulai dari mentega duren, cendol duren, ice-cream duren hingga dodol duren.
Di Indonesia, sekarang sudah banyak komunitas duren. Hanya saja buat gampangnya mereka menggunakan bibit luar seperti Monthong, Kan Nyau dan Musan King dan menanam ulang di Indonesia. Hingga muncul buah duren Monthong lokal atau Musan King lokal. Ceritanya duren Bawor yang terkenal itu juga merupakan duren bibit Kan Nyau dari Thailand.
Siapa tahu dengan begitu banyak Fakultas Pertanian di setiap propinsi Indonesia, Pemerintah mau memberikan modal dan mendirikan Institut Duren Indonesia, lalu mencari bibit unggul untuk mengalahkan Musan King. Bibit baru ini kemudian kita bagikan ke berbagai petani di Indonesia untuk di tanam, dan dalam 30 – 40 tahun kemudian Indonesia bisa menjadi pusat duren dunia, mengingat kita punya tanaman duren asli lebih dari 100 spesies.
Saya pernah punya pengalaman unik. Suatu hari saya diajak ke Martapura, tanpa diberi tahun untuk apa. Di tengah perjalanan teman saya membeli 6 botol Aqua yang besar. Sayapun mulai curiga. Menjelang tiba di Martapura, dipinggir jalan, kami berhenti untuk makan duren. Durennya kecil-kecil karena konon duren liar dari hutan sekitar Martapura. Rasanya super edan ! Dan saya baru sadar air Aqua yang kita beli tadi, adalah untuk mencuci tangan.
Berdasarkan pengalaman unik ini, saya yakin hutan Kalimantan menyimpan harta yang sangat luar biasa, yaitu duren wasiat Nusantara. Asalkan ada pihak yang mau bersusah payah melakukan penyelidikan di hutan Kalimantan. Cita-cita menjadikan Indonesia pusat duren dunia, rasanya bisa segera terwujud. Saya percaya betul akan nasib Indonesia dimasa mendatang.
Indonesia pasti Berjaya !