Siapa tidak gemas dengan hewan berbulu lebat abu-abu di punggung dan putih di perut, yang suka menemplok atau tertidur tenang di batang pohon, dan senang ngemil daun ekaliptus bernama koala? Siapa pula yang tidak ingin melihat langsung dari dekat kanguru; hewan pelompat yang hanya ada di Australia?

Saya termasuk orang yang sudah lama jadi penggemar koala dan kanguru. Maka, ketika akhirnya datang kesempatan buat traveling ke Australia, salah satu agenda wajib saya adalah bertemu koala dan kanguru—kalau bisa memeluk atau menyentuh mereka langsung. Siapa nyana, keduanya akhirnya terwujud ketika saya berkunjung ke Lone Pine Koala Sanctuary di Fig Tree Pocket, Queensland.

Hanya berjarak 12 km dari Brisbane City, Lone Pine Koala Sanctuary ini adalah suaka untuk koala pertama dan terbesar di dunia. Ia sudah ada sejak 1927 (wow!).

Suaka ini diberi nama “lone pine” berawal dari pohon tersebut yang ditanam oleh Keluarga Clarkson, pemilik pertama kawasan ini. Dulu, Lone Pine hanya memiliki dua koala bernama Jack dan Jill. Hingga akhirnya, sekarang, di Lone Pine seluas 18 hektar ini, ada sekitar 130 koala yang hidup.

Sejak mengantre tiket di loket Lone Pine (harga tiket: US$36 untuk dewasa, US$22 untuk anak 3-13 tahun), hati saya sebetulnya sudah berdebar-debar. Campuran antara terlalu excited dan gugup. Well, ini memang bukan pertama kalinya saya melihat kanguru, tapi untuk pertama kalinya bertemu koala—dua hewan marsupial (berkantong) khas Australia. Rasanya seperti mengalahkan rasa grogi hendak bertemu para personel The Weepies atau Angus & Julia Stone. Gemeterrrr.

Dari gerbang masuk—setelah pengecekan tiket—, saya langsung melihat batang-batang pohon dengan koala-koala yang menempel di sana. Kesan pertama dari penglihatan jarak jauh: mereka memang menggemaskan sekali. Saya datang saat pagi, dan sebagian besar dari koala tersebut sedang tidur. Kita semua tahu bahwa koala memang membutuhkan waktu tidur yang lama sekali setiap harinya. Mereka biasanya tidur hingga 20 jam sehari. Tapi, saya pribadi tidak keberatan. Bahkan ketika tidur pun mereka sungguh memikat hati.

Koala-koala ini berada di sebuah sangkar yang berisi batang-batang pohon, tanpa terali, tanpa kawat berduri. Pengunjung bisa melihat mereka dari dekat. Tapi, ada semacam pagar setinggi tubuh manusia, yang membentuk jarak aman supaya koala tetap nyaman, tidak merasa terancam, dan kita tidak sembarangan menyentuh mereka.

Mereka dibedakan berdasarkan usia. Bayi koala, anak-anak, dan koala dewasa berada di sangkar yang berbeda. Saya sempat melihat, koala-koala tersebut susul-menyusul menguap. Beberapa ada yang memanjat batang pohon, kemudian saling menemplok ke punggung sesama, lalu tidur lagi. Lazy day, eh mate?

Tiba-tiba, saya melihat antrean panjang tidak jauh dari sangkar koala. Di dekat antrean tersebut, ada papan yang kira-kira bilang, “Kamu bisa cuddling dengan koala di sini!” Siapa coba yang tidak tertarik?

Hanya saja, menyentuh koala di beberapa bagian Australia termasuk dilarang. Kenapa demikian? Dimulai pada awal abad 20, koala diburu secara
besar-besaran untuk diambil bulunya atau dagingnya untuk dimakan. Akhirnya, koala menjadi langka dan eksistensinya terancam. Oleh karena itu, untuk melindungi koala dari kepunahan, koala masuk dalam daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status Vulnerable (Rentan) pada 2016. Dan, pemerintah berinisiatif untuk melindungi spesies ini dengan membentuk suaka, juga melarangnya untuk diburu atau dipeluk.

Baca juga  Mammoth Cave, Gua Batu Gamping Rumah Para Fosil

Meskipun kenyataannya di beberapa wilayah di Australia, seperti Victoria, New South Wales, Tasmania, atau Northern Territory, koala dilarang untuk disentuh, tapi tidak semua tempat seperti itu. Kita masih bisa cuddling dengan koala di Queensland, salah satunya di Lone Pine Sanctuary. Tapi dengan catatan, tiap koala hanya boleh memeluk sekitar 30 menit saja.

Dengan membayar lagi seharga US$18, saya akhirnya masuk dalam antrean panjang untuk memeluk koala. Juga, sekaligus difoto oleh pihak suaka—untuk kemudian, foto kita akan dicetak dalam bentuk kartupos dan bisa diambil di merchandise store. Dana yang terkumpul dari hal ini akan digunakan untuk penelitian serta perawatan koala.

Oke, ketika antrean sudah semakin dekat, jangan tanya kabar detak jantung saya. Semakin cepat debarannya terjadi. Salah satu impian akhirnya jadi nyata.

Akhirnya, mata seorang perempuan ranger berseragam persis seperti Steve Irwin The Crocodile Hunter, mengarah kepada saya. Ia memberi tanda supaya saya mendekat. Seperti terhipnotis, saya manut. Sembari melihat ke sekeliling, ada empat ranger di sana. Tiap ranger bertanggung jawab atas satu barisan panjang. Saya berhadapan dengan ranger nomor tiga. Ia memeluk koala di dadanya.

Rupanya, ada etika sebelum kita akhirnya diperbolehkan memeluk sang koala. Ranger tersebut menjelaskan secara ringkas tata caranya: posisi tubuh kita yang harus tegak lurus, posisi kedua tangan yang harus menangkup (untuk menahan bokong si koala) di sekitar pinggang kita, posisi leher yang juga harus tegak, dan waktu keseluruhan tidak lebih dari satu menit. Ranger itu bicara cepat kepada saya, sebelum memberikan koala tersebut kepada saya. Setelah saya mengangguk mengerti, ia baru membiarkan koala itu berpindah ke tubuh saya.

Rupanya, tubuh kita diharuskan tegak supaya sang koala nyaman dan mengira kita adalah batang pohon favoritnya. Jadi, begitu koala dialihkan ke tubuh saya, ia langsung memeluk saya erat. Karena tidak diperbolehkan membelai, saya hanya bisa merasakan bulu-bulu koala dari bokongnya yang duduk di kedua telapak tangan saya, dan dari kepalanya yang menyundul ke dagu saya. Semula saya pikir, bulu mereka sangat halus seperti anjing atau kucing. Tapi ternyata tidak. Bulu koala sedikit lebih kasar dan tebal, tapi tetap nyaman. Sangat hangat.

Ketika berada di pelukan saya, sang koala sangat kalem. Menggemaskan. Dan, tidak lama kemudian—seperti sangat cepat—, sang koala diambil oleh ranger. Hati saya teriak “NOOOOOOOOOOOOOO! TIDAKKKKKKKK!” sangat panjang, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulut saya. Yang ada, saya hanya mengucap, “Thank you!” lalu menuju tempat hand sanitizer berada, dan dalam diam, mengarah ke jalan keluar.

Sebetulnya masih tidak puas, tapi mau bagaimana lagi. Saya harus move on. Semoga lain kali bisa memeluk koala kembali lebih lama.

Untuk mengusir gundah, saya kembali berkeliling mengeksplorasi Lone Pine Sanctuary. Saya baru ingat, bahwa suaka ini tidak hanya tentang koala. Tapi, juga banyak hewan khas Australia lain yang juga menarik, seperti kanguru, Tasmanian Devil, wombat, platypus, emu, serta beragam jenis burung, seperti kakatua, nuri, dan lorikeets.

Baca juga  7 Alasan Kenapa Kamu Harus Liburan ke Pantai

Saya akhirnya mengarahkan kaki ke area 2 hektar tempat 130 kanguru berkeliaran dengan bebas. Di sini, kita bisa memberi makan kanguru-kanguru secara langsung (makanannya bisa kita beli sebelumnya di general store dekat pintu masuk). Langsung dalam artian, kita meletakkan makanan kanguru di telapak tangan dan kanguru makan langsung di telapak tersebut. Artinya pula, liur kanguru akan bertebaran di tangan. Karena itu, jangan lupa cuci tangan setelahnya.

Kalau terlalu jijik dengan cara ini, sebetulnya bisa juga meletakkan makanan di tanah. Tapi, apa serunya?

Saya datang ke area ini ketika matahari sedang ada di puncak. Dan, di jam-jam seperti itu, banyak kanguru yang berteduh di bawah pohon, merebahkan diri, dan …yap, tidur. Hanya beberapa yang berlompatan ke sana-kemari, membiarkan diri untuk berdekatan dengan manusia, dan memakan makanan yang disodorkan. Saya salah satu yang memberi makan itu.

Ada perasaan geli-geli tapi senang yang tidak bisa dijelaskan ketika melihat sang kanguru asyik makan sekaligus menjilat-jilat telapak tangan saya. Apalagi, bisa menyempatkan diri untuk mengelus-elus tubuh mereka yang berbalut bulu berwarna coklat itu. Halus.

Beberapa burung camar kerap mendekat pula. Mereka seperti ingin juga diperhatikan dan diberi jatah makanan. Hanya emu-emu saja yang tetap dingin menatap para manusia. Mereka menjauh ketika kita mendekati mereka. Mereka berjalan pelan menghindar dengan kaki-kakinya yang panjang.

Ah, kalau dibiarkan, saya mungkin bisa sampai sore duduk-duduk di bawah pohon bersama para kanguru ini. Mereka sangat menyenangkan, dan tidak melakukan tindakan buruk kepada manusia. Karena itu, berada di sekeliling mereka sungguh bikin betah.

Sebelum pergi dari Lone Pine, sempatkan untuk mengintip sejenak hewan-hewan lain yang juga menarik. Kelelawar, buaya, ular, kura-kura,
kadal, dan jangan lupakan untuk melihat aksi hewan tercepat di dunia: elang peregrine (peregrine falcon) yang mampu terbang dengan kecepatan 389 km/ jam—mengalahkan cheetah dengan 120 km/ jam.

Menariknya, buat para blogger atau pencinta media sosial, ada sebuah area khusus bernama Blogger Area di Lone Pine Sanctuary. Di sini, tersedia area duduk yang nyaman, Wi-Fi gratis, USB power station, dan ketenangan yang bikin para blogger dijamin bisa fokus menulis.

Alamat Lone Pine Sanctuary
708 Jesmond Road, Fig Tree Pocket
QLD 4069, Australia
Buka: 09.00-17.00

Artikel ini dipublikasikan pertama kali di: tiket.com.