ADA 1,2 JUTA HEKTARE LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SAYURAN DATARAN TINGGI. PERKEBUNAN BAWANG PUTIH HANYA PERLU 78 RIBU HEKTARE AGAR DAPAT SWASEMBADA
BADAN PENELITIAN dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan Kementan) memastikan kesediaan lahan pengembangan bawang putih. Indonesia memiliki 1,2 juta hektare lahan potensial untuk sayuran
dataran tinggi itu, sementara kebutuhan untuk bisa swasembada hanya 78 ribu hektare. “Bawang putih hanya butuh lahan 78 ribu hektare.
Jadi, peluangpeluang swasembada itu ada,” kata peneliti utama Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Balitbangtan, Kementan Ir. Anny Mulyani, M.S., di sela Rapat Koordinasi Pengembangan Bawang Putih di Semarang, Jawa Tengah, 3 Mei 2018.
Lahan potensial seluas 1,2 juta hektare tersebut berada di dataran tinggi beriklim kering berdasarkan hasil pemetaan skala 1:250.000 se- Indonesia. Dataran tinggi beriklim kering umumnya berada di wilayah timur, meski yang terluas ada di Pulau Jawa.
“Gunung berapi bekas meletus ratusan tahun lalu, merupakan lahan yang subur lantaran tanahnya mengandung Andisol, dan tekstur tanahnya mengandung pasir. Sehingga, layak untuk budidaya komoditas hortikultura,” katanya.
Namun sebagian besar dari 1,2 juta hektare itu belum termanfaatkan, umumnya masih semak belukar. Untuk menjadi lokasi pengembangan bawang putih, harus dipersiapkan dulu, karena banyak persyaratan, antara lain tanah, tekstur, dan kandungan hara. “Haranya harus tercukupi, karena itu umbi. Tanpa pupuk, takkan bisa tumbuh,” kata Anny.
Kementan belum bisa memperkirakan biaya mengolah lahan marginal yang ditumbuhi semak belukar ini agar siap menjadi lokasi budi daya bawang putih. Namun diyakini lebih murah daripada pemanfaatan lahan rawa. “Tapi di lahan yang semak belukar, ditumbuhi rumput-rumput, tidak banyak pohonnya, tidak butuh banyak biaya,” katanya.
Sebagai perbandingan, untuk pemanfaatan lahan rawa, Kementan harus mengucurkan Rp4 juta per hektare untuk membuka lahan dan penataan air.
Sementara untuk membabat semak belukar cuma membutuhkan revitalisasi dengan cover crop dan pupuk berimbang serta amelioran untuk meningkatkan hara. Sedangkan pada lahan masam, perlu dikapur dulu sehingga mencapai pH ideal 6-7.
“Yang semak-semaknya dilapukkan dulu, perlu waktu itu. Tidak bisa dibuang, langsung ditanam. biasanya masyarakat pakai herbisida, supaya rumput-rumputnya mati,” katanya. Anny mengingatkan potensi lahan 1,2 juta hektare tersebut cuma mencakup biofisiknya.
Terkait kepemilikan, BBSDLP tak mengidentifikasi lantaran bukan kewenangannya. Karena itu program swasembada bawang putih memerlukan sinergi dengan pihak lain, seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK), dan pemerintah daerah (pemda).
Tentu saja akan banyak tantangan dalam pemanfaatan (ekstensifikasi) lahan marginal tersebut, misalnya kesiapan masyarakat, infrastruktur, dan sarana produksi. “Karenanya semua pihak harus berkoordinasi dengan berbagai bidang aspek,” kata Anny. ADV