“Saat ini tidak cukup hanya dengan toleransi, melainkan harus berada pada level respek terhadap agama lain,” kata pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) ini usai kegiatan diskusi bertema “Let’s Talk about Hate: Decoding Interfaith Voices” di Jakarta, Sabtu malam.
Ia menjelaskan secara global, hubungan antarumat beragama khususnya Islam, Kristen dan Yahudi semakin memburuk. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa bukti survei.
Menurut dia, perlu adanya tindakan proaktif dan bergerak cepat dalam menjalin hubungan yang bisa menghasilkan koneksi dan sekaligus respek antarumat untuk memperbaiki keadaan tersebut.
“Salah satunya ialah dengan memaksimalkan perwujudan misi dari Abraham Circle,” ujar mantan duta besar Indonesia untuk AS ini.
Ia menjelaskan Abraham Circle terus mencoba agar pada abad ke-21 agama Samawi yakni Islam, Kristen dan Yahudi tidak lagi mengalami konflik dan kemelut.
“Kami sejauh ini sudah menjalankan dua circle, pada November akan ada circle ketiga. Target keseluruhan ialah 1.000 circle dalam 10 tahun ke depan,” kata dia.
Kegiatan tersebut mengikutsertakan negara yang mengalami ketegangan atau salah paham antara muslim, Kristen dan Yahudi. Sebagai contoh, ialah negara-negara barat dimana pandangan terhadap muslim atau islamofobia semakin tinggi.
Terkait pelaksanaan program, orang-orang yang dilibatkan ialah akar rumput atau harus merupakan tokoh yang memiliki pesantren, gereja atau jemaah sehingga segala sesuatu yang mereka pelajari nantinya dapat diajarkan kepada pengikut atau siswanya.
“Ini ialah cara untuk mewujudkan misi ini,” ujar dia.
Artikel ini dikutip dari Antaranews.com