Tak hanya di kota, Kementerian PUPR tengah menyelesaikan pembangunan 7 pasar perbatasan sebagai bagian pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat ekonomi baru yang terintegrasi dengan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Tujuh pasar perbatasan yakni di Skouw Papua, Nanga Badau, Entikong, dan Aruk di Kalimantan Barat, Wini, Motaain dan Pasar Motamasin di Nusa Tenggara Timur.

Pada setiap pasar akan terdiri dari kios tertutup dan lapak terbuka dengan total lapak yang akan tersedia adalah 905 buah. Bangunan pasar juga didesain dengan mengakomodir kearifan budaya lokal dilengkapi landsekap.

Di Provinsi Papua, Kementerian PUPR membangun Pasar Skouw dengan biaya Rp 70,24 miliar, dengan progres fisik 93,33% dan ditargetkan rampung pada tahun 2019. “Setelah terbangunnya Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw di Papua, orang banyak datang ke perbatasan untuk melakukan perdagangan, lalu di PLBN Entikong Kalimantan Barat, sekarang kita buatkan pasar di perbatasan. Itu semua untuk membangun wilayah perbatasan sebagai pusat ekonomi baru,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.

Baca juga  Profesionalisme SDM Konstruksi Berperan Kurangi Risiko Bencana dan Kecelakaan Kerja

Di Kalimantan Barat, Pasar Nanga Badau dengan biaya Rp 7,33 miliar, progres fisiknya 66,73%, Pasar Entikong dengan biaya sebesar Rp 27,17 miliar, progres fisik mencapai 55,93% dan Pasar Aruk dengan biaya Rp 22,23 miliar progress fisik 71,17%. Pasar Nanga Badau akan rampung tahun 2018, sementara Pasar Entinkong dan Pasar Aruk ditargetkan rampung pada tahun 2019.

Di Nusa Tenggara Timur, Pasar WIni dibangun dengan biaya Rp 12,82 miliar, saat ini progres sudah 92,12%, Pasar Motamasin dibangun dengan biaya Rp 9,6 miliar sudah 99%, Pasar Motaain dengan biaya Rp 14,24 miliar, progres fisik sudah 86,76%. Ketiga pasar tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2018. [majalahagraria.today]