SUBANG – Menjelang 4 tahun, Pemerintahan Presiden Joko Widodo fokus mengurangi jumlah pengangguran melalui program pendidikan vokasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Program ini diharap dapat meningkatkan pertumbuhan industri dan ekonomi secara berkelanjutan.

Salah satu buktinya melalui program revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya SMK pertanian.

“Presiden ingin kita punya SMK Pertanian yang bagus, modern, dan siswa-siswa yang bersemangat. Dalam waktu yang tidak lama, kita akan mencetak petani-petani profesional yang bekerja di industri pertanian modern. Kalian adalah harapan atas cita-cita itu,” kata Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Dr Moeldoko di hadapan ratusan siswa SMKN 2 Subang, Jawa Barat, Jumat, 3 Agustus 2018.

Baca juga: Moeldoko Sampaikan Capaian Reforma Agraria & Infrastruktur

Hadir dalam diskusi yang berlangsung meriah ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi.

Kepala Staf Kepresidenan memaparkan, Indonesia dan Belanda telah menandatangani kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan vokasional yang bertujuan untuk membangun model SMK yang mampu menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang sesuai kebutuhan dunia kerja.

“Belajar sungguh-sungguh dan cetak prestasi. Beberapa dari kalian nanti berkesempatan belajar langsung di negara Belanda. Melihat langsung bagaimana rasanya sekolah di sebuah SMK Pertanian di sana,” kata Panglima TNI 2013-2015 itu.

Sejalan dengan hal tersebut, Kepala SMKN 2 Subang Lim Gunawan mengatakan bahwa saat ini materi pembelajaran sudah diselaraskan dengan kebutuhan industri.

Baca juga  Berharap "buah" dari kerja keras lima tahun menggenjot investasi

“Kami merasa bangga, SMKN 2 Subang menjadi satu dari dua SMK di Indonesia yang terpilih menjadi model percontohan dalam program ini. Kurikulum kami sejalan dengan kebutuhan industri,” kata Lim.

Semangati Anak Muda Terjun ke Dunia Pertanian

Dalam diskusi ini, Moeldoko bercerita mengenai lima permasalahan dunia pertanian, serta permasalahan anak-anak muda yang semakin sedikit tertarik untuk terjun bertani.

“Para siswa SMK pertanian harus memikirkan bagaimana memperkenalkan teknologi dalam pertanian.”, ujar Moeldoko. (03/08).

Menurutnya, pandangan lama harus ditinggalkan. Jika dahulu menjadi petani itu susah, namun sekarang menjadi petani dapat bekerja di lahan dengan peralatan canggih dan di pabrik yang modern.

“Para siswa SMK pertanian harus memikirkan bagaimana memperkenalkan teknologi dalam pertanian.”, ujarnya.

Lebih jauh, Moeldoko memaparkan mengenai lima permasalahan pertanian Indonesia saat ini, antara lain: pencemaran tanah karena pestisida dan pupuk kimia berlebihan, sulitnya permodalan, rendahnya penggunaan teknologi, manajemen tenaga kerja, serta persoalan pasca panen termasuk harga pasar dan pengelolaan.

Artikel lainnya: Tugas Kami Mempercepat Reforma Agraria

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, Moeldoko menekankan agar saat ini petani harus mengubah pola berpikirnya, agar petani menggunakan teknologi, misalnya: pendekatan mikrobiologi dalam perbaikan lahan yang rusak.

Pada kesempatan ini, Moeldoko juga bercerita tentang masa kecilnya, lahir di sebuah desa kecil di Kediri, dan memiliki orang tua yang berprofesi sebagai petani konvensional. Namun saat ini ia telah menerapkan teknologi dalam bertani.

Baca juga  DPD RI Lantik Sekjen Baru

“Hasil panen meningkat luar biasa, dari 15 ton menjadi 25 ton kentang. Anak muda perlu ambil bagian pada bidang ini. Pendapatan yang ditawarkan pun sangat kompetitif,” kata pria yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu.

Moeldoko berpesan bahwa pada era saat ini, dengan sistem politik dan demokrasi di Indonesia, siapapun bisa menjadi apapun yang mereka mau.

“Kalian lah yang akan mengubah wajah pertanian Indonesia, dan wajah petani Indonesia,” tutup Doktor Ilmu Administrasi lulusan Universitas Indonesia ini. [majalahagraria.today]