Siswa menunjukkan telur bebek, buku tabungan dan “ecobrick” saat menabung sampah di program Tante Rosa (tabungan telur dari ecobrick sampah) di Desa Tedunan, Kedung, Jepara, Jawa Tengah, Jumat (9/8/2019). Program yang digagas petugas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kedung II itu selain untuk mengurangi sampah plastik dan menjaga kesehatan lingkungan sekaligus untuk mencegah “stunting” serta memberikan kesejahteraan bagi peternak bebek petelur di wilayah itu. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/wsj.

Jakarta, Kominfo – Pemerintah berupaya meningkatkan konsumsi pangan hewani serta memperbaiki gizi anak sekolah dan santri. Pasalnya, Indonesia masih memiliki angka stunting (kerdil) yang cukup tinggi di dunia yaitu sekitar 37%. Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya dan keterlambatan pertumbuhan otak.

Kondisi ini diakibatkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama sebagai dampak dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, terutama dalam periode emas 1000 hari pertama kehidupan (sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun). Oleh karena itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Pertanian mencanangkan Gerakan Makan (Gema) 100 Juta Telur.

Baca juga  UU Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan jangan susahkan petani

“Telur adalah salah satu sumber protein. Perbaikan gizi anak-anak ini adalah hal penting karena merekalah yang nantinya akan menjadi penerus bangsa,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, di Kantor Kementerian Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/09/2019).

Apalagi, lanjut Musdhalifah, konsumsi telur di Indonesia masih relatif kecil, yaitu hanya 111 butir per kapita per tahun. Sementara negara tetangga seperti Thailand sudah mengonsumsi 217 butir per kapita per tahun dan Malaysia di angka 324 butir per kapita per tahun.

Kegiatan ini juga sekaligus dirancang untuk membantu peternakan rakyat dengan menyerap telur dalam jumlah besar. Ujungnya adalah untuk ketersediaan pangan dan stabilitas harga.

Menyambut baik gerakan ini, Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono pun mengatakan bahwa perbaikan gizi juga sejalan dengan tema besar Indonesia saat ini yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”.

Baca juga  Sedih Lihat Medsos, Presiden: Banyak Yang Lupa Membedakan Kritik Dengan Menghina

“Jadi pada prinsipnya kami mendukung acara seperti ini. Bahkan kegiatan serupa bisa diagendakan setiap minggu, misal gerakan minum susu dll. Mudah-mudahan, generasi masa depan Indonesia akan terus lebih baik lagi,” pungkas Susiwijono.

Acara Gema 100 Juta Telur di lingkungan Kemenko Perekonomian kali ini menyasar Yayasan Istiqlal Indonesia, mulai dari Kelompok Bermain, Raudhatul Athfal, hingga Madrasah Ibtidaiyah.

Artikel ini dikutip dari Kementerian Kominfo