“Ekspor menjadi hal strategis. Untuk konteks pangan masih defisit. Ini menjadi misi bilateral. Pak Menteri ingin mencapai surplus dalam perdagangan salah satunya Argentina. Target berikutnya Jepang, Perancis dan India. ” jelas Baran.
Baran menekankan segera dibangun supply chain termasuk dengan pendekatan teknologi. Kemitraan dengan pengusaha lokal juga menjadi langkah yang strategis, selain menjalin hubungan baik dengan atase pertanian, atase perdagangan, konsulat jenderal di luar negeri. Meraka ingin kuantitas, kualitas dan harga yang bagus Saat ini atase pertanian ada di 4 negara yaitu Roma (Italia), Tokyo (Jepang), Washington DC (USA), Brussel (Belgia).
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur dan Sarana Prasarana, Sam Herodian menyebutkan Rapat koordinasi ini menjadi pintu bagi eksportir untuk membuka akses pasar ke beberapa negara. Para eksportir harus memiliki bussines plan ke depan.
“Tahun 2019 ini diselenggarakan PASIFIC EXPO di New Zealand, pameran-pameran internasional seperti ini sangat baik untuk membuka akses pasar,” tekan Sam.
Badan Karantina Pertanian sesuai tupoksinya mengatakan bahwa inisiasi ekspor ke Argentina dilakukan sejak 2017, dalam bentuk penyampaian surat ke Argentina untuk akses pasar pisang, salak, nanas. Argentina mensyaratkan SPS untuk melakukan ekspor ke negara tersebut.
Para petani menyambut baik rencana ekspor ke Argentina ini. Amin Pujianto, ketua Kelompok Tani Sawiji Mulya Wonosobo menyanggupi permintaan untuk salak kebutuhan ekspor.
“Salak kami sangat melimpah. Di Wonosobo terdapat enam kecamatan penghasil salak. Desa Wonosroyo tempat saya tinggal per harinya dapat memproduksi 20 ton salak yang kami distribusikan ke Pasar Induk Kramat Jati. Kami siap bermitra dengan para pelaku usaha karena produksi kami ada sepanjang tahun,” ujar Amin Pujianto.