Dalam rangka menindaklanjuti lawatan Presiden Argentina Mauricio Macri ke Indonesia beberapa hari lalu, Kementerian Pertanian mengundang para pelaku usaha, petani, asosiasi hortikultura untuk memetakan potensi, pasokan dan harga komoditas hortikultura yang akan diekspor.
Rapat koordinasi ini merupakan tindak lanjut dari hasil kunjungan Presiden Argentina ke Indonesia pada 26 Juni 2019 yang lalu. Argentina merupakan mitra dagang terbesar Indonesia kedua terbesar di Amerika Selatan setelah Brasil. Indonesia dan Argentina sepakat untuk melakukan kerjasama di bidang pertanian. Argentina ingin segera mengimpor buah dari Indonesia. Total perdagangan Indonesia-Argentina sepanjang tahun lalu mencapai Rp 28 triliun. Ekspor pertanian Indonesia ke pertanian juga naik 28,4 persen dari semula 2017 sebesar 5.846 ton menjadi 7.509 ton pada 2018.
“Selama ini Indonesia telah mengekspor nenas dan kunyit ke Argentina. Rencananya Indonesia berencana mengekspor salak, nenas, pisang dan manggis. Untuk itu segera buat database eksportir”, jelas Drektur Jenderal Hortikultura, Suwandi.
Dalam pertemuan ini Suwandi mengarahkan dan berusaha mempertemukan pelaku usaha dan petani sebagai pemasok produk. Salah satu buah lokal yang berpotensi besar untuk ekspor adalah nanas dan pisang.
“Ekspor nanas sudah 65 negara. Tahun lalu ekspor 17 ribu kontainer. Ekspor ke Argentina pada 2018 naik 29,2 persen yang semula 5.787 ton pada 2017 menjadi 7.475 ton pada 2018. Nanas segar cari di Subang, Kediri, Lampung Timur. Di Kediri ada 7 ribu hektare. Pelaku usaha bermitra melalui koperasi dan dipasok oleh koperasi,” papar Suwandi.
Suwandi juga menjelaskan kawasan produksi salak tersebar di Tapsel, Banjarnegara, Sleman dan Karangasem. Pisang Mas Kirana dan Cavendish juga sudah ekspor ke mana – mana.
“Kawasan sentra pisang bisa ditemukan mulai dari Deli Serdang hingga Majene. Sumatera utara mengembangkan pisang melalui kultur jaringan. Di sana bahkan pisang bsia dikloning agar sama ukurannya,” lanjut Suwandi.
Khusus salak, satu-satunya buah asal Indonesia ini berpeluang besar. Salak Indonesia lebih baik daripada salak Thailand. Di Jepang dan Belanda bahkan kaget ada buah seperti itu. Bisa ambil dari Tapsel. Selain salak, Suwandi mendorong nilai tambah manggis.
Suwandi bercerita bahwa Kementan sudah memilili aplikasi online beralamat aplikasi2.pertanian.go.id/sartika yang merupakan sistem informasi agribisnis hortikultura yang berisi data petani, eksportir, importir, trader, industri dan start up melalui aplikasi. Aplikasi ini dilengkapi pasokan dam harga komoditas pertanian yang penting diketahui stake holders.
“Forum ini ditindaklanjuti hingga pada proses ekspor serta ekspansi ke Eropa, Amerika, Timur Tengah termasuk penyelesaian kendala di lapangan,” jelas Suwandi.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura Yasid Taufik menyebutkan dengan dibukanya kerja sama dengan Argentina tentunya menjadi peluang luar biasa. Masyarakat luar negeri menyukai buah buah – buah tropis seperti alpukat, durian, manga dan buah naga.
“Argentina dengan luas 2,78 juta km2 ini berpotensi untuk perdagangan komoditas hortikultura. Kita selama ini hanya ekspor nanas dan kunyit saja. Indonesia memiliki peluang pasar yang besar untuk komoditas buah-buahan. Kementan akan membantu hingga ke Konjen negara yang dimaksud,” papar Yasid.
Baran Wirawan, Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kelembagaan menyebutkan neraca perdagangan pangan saat ini defisit. Indonesia bisa mengupayakan untuk mencapai surplus dalam perdagangan, salah satunya dengan meningkatkan ekspor komoditas hortikultura.
Halaman selanjutnya “Ekspor menjadi hal…