JAKARTA (majalahagraria.today) – Wabah Covid 19 yang melanda seluruh dunia termasuk Indonesia , sebentar lagi akan memasuki fase yang krusial khususnya saat Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri.
“Mudik di hari raya Lebaran adalah peristiwa Sosio Kultural yang sudah menjadi tradisi di Indonesia. Hal ini karena nilai- nilai kekeluargaan dan kekerabatan yang sangat dijunjung tinggi masyarakat Indonesia, ” jelas Budi Arie Setiadi, Senin (6/4)
“Seluruh desa juga sudah menyiapkan berbagai protokol untuk menerima para pemudik. Relawan desa sudah dibentuk dan bekerja untuk mengantisipasi penyebaran wabah Corona. Tapi menurut hemat kami terlalu beresiko membiarkan desa menerima arus mudik,” jelas Budi.
“Ini bukan soal siap atau tidak siap. Ini soal resiko yang harus menjadi beban desa. Jika tahun lalu ada sekitar 20 juta pemudik. Dengan asumsi sebagian besar mudik ke Pulau Jawa maka setiap desa di Jawa harus menanggung rata- rata 1200 – 1300 pemudik di momen itu. Tentu ini beban yang berat,” jelas Budi.
“Untuk diketahui jumlah desa di pulau Jawa di Luar Jakarta berjumlah total 15.470 desa dengan rincian Banten 1237 desa , Jawa Barat 5311 desa, Jawa Tengah 7808 desa, FIY 391 desa dan Jawa Timur 7723 desa, ” jelas Budi.
“Jadi selain desa harus di lindungi dari para pemudik. Beban desa juga harus dimanage dengan jumlah yang rasional dan masuk akal. Mitigasi resiko harus akurat. Jangan biarkan desa menerima beban di luar kemampuannya. Jangan biarkan desa menanggung resiko , ” pungkas Budi.
#MaskerUntukSemua
#jagajarak
#BERSATU🇮🇩TANGGUH…BERSATU🇮🇩SEMBUH
#tidakmudik