Bandung – Sekretaris Jenderal Kementerian ATR/BPN, Himawan Arief Sugoto didaulat sebagai pembicara kunci dalam 4th Habitechno International Conference. Konferensi yang digagas oleh Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini diadakan di Aula Timur ITB, Jl. Ganeca, Kota Bandung, Sabtu (16/11).

Selain Himawan Arief Sugoto tercatat Prof. Dr. Ir. Ofyar Z. Tamin, M.Sc. seorang ahli transportasi dan juga Rektor Institut Teknologi Sumatra sebagai pembicara kunci.
Hadir pula pembicara dan peserta baik dari dalam dan luar negeri untuk membahas mengenai pengembangan Transit Oriented Development ke depan. Dari dalam negeri, hadir akademisi dari internal ITB, ITS, UGM, Universitas Brawijaya dari dalam negeri serta akademisi dari University of Nottingham, The University of Tokyo, TU Delf dan beberapa Universitas ternama dunia lainnya.

Dalam konferensi bertajuk Design for Inclusive & Habitable Transit Oriented Development Area ini Himawan menyampaikan bahwa konsep TOD ini telah dimulai dengan membuat regulasi. “Kementerian ATR/BPN telah membuat regulasi, harusnya dibuat perda-perda juga oleh Pemerintah Daerah. Pembangunan hunian vertikal harus berada di simpul-simpul transportasi, minimal harus ada dua moda transportasi massal,” ungkap Mantan Direktur Utama Perumnas ini.

Baca juga  Cerita Mim, Penjaga Garda Terdepan NKRI dengan Sertipikat Tanah

“Selama ini pembangunan di Indonesia sprawling atau melebar. Sehingga akibatnya beberapa kota tidak efisien,” tambah Himawan Arief Sugoto. Bisa kita bayangkan berapa banyak kerugian yang diperoleh ketika dilakukan pembangunan transportasi massal, namun warganya tetap tinggal menyebar dan tetap menggunakan alat transportasi pribadi.

Senada dengan Himawan Arief Sugoto, Prof. Dr. Ir. Ofyar Z. Tamin, M.Sc. juga mendukung adanya TOD ini, serta meluruskan kriteria TOD. “Jangan anggap membuat pemukiman vertikal saja terus diberi akses ke Tol itu TOD ya,” ungkap Rektor Institut Teknologi Sumatra (ITERA) ini.

Ofyar Z. Tamin dalam kesempatan ini menyampaikan bahwa Negara yang tidak menggunakan TOD membutuhkan Public Space seperti parkiran dalam jumlah banyak sekali. Hal tersebut sulit dilakukan karena harga tanah di perkotaan sangat mahal.

Ditemui setelah acara, Himawan Arief Sugoto sangat mengapresiasi dilaksanakannya kegiatan ini. “Ini adalah upaya sharing session antara berbagai pihak, saya ingin ke depan pemerintah daerah juga ikut agar pemikiran kita sama, agar TOD ini bisa terwujud, sehingga akan menjadi efek multiplier untuk daerah-daerah lain,” tutupnya. (WN/NA)