“Potensi pertumbuhan di Indonesia lebih besar,” ujar Vice President Marketing of Black Shark Global Yang Sun dalam jumpa pers di Kuala Lumpur, Selasa (3/8).
Yang Sun mengatakan perusahaannya sedang mencari mitra untuk membangun toko utama di Indonesia dan juga negara lain di Asia Tenggara.
Yang Sun menegaskan ponsel Black Shark merupakan sebuah perusahaan rintisan (startup) yang berfokus pada teknologi video dan tidak berniat memperkenalkan produk lain selain gim digital.
Black Shark pun bukan bagian dari merek ponsel Xiaomi. Tapi, Yang Sun mengakui produsen ponsel asal China itu telah menginvestasikan dana yang cukup besar.
“Kami punya banyak investor dan Xiaomi adalah salah satunya. Kami tidak ingin dianggap sebagai produsen smartphone. Kami ingin dianggap sebagai perusahaan teknologi di bidang video game. Kami sudah memimpin market share untuk smartphone gaming di Indonesia,” ujar Yang Sun.
Black Shark 2 Pro telah dirilis untuk pasar Asia Tenggara di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (3/4). Ponsel gim digital itu dibekali dengan prosesor Qualcomm Snapdragon 855 Plus terbaru.
Black Shark 2 Pro juga menggunakan teknologi UFS 3.0 yaitu sistem pendingin cair multilayer dengan sentuhan paling pertama yang dapat mengurangi suhu core pada CPU hingga 14 derajat dan menjadi bukti yang kuat bagi kinerja Snapdragon 855 Plus.
Ponsel itu juga memiliki kemampuan sentuh 240Hz untuk penggunaan perangkat dengan 10 jari yang disinkronkan. Kecepatan responnya dioptimalkan hingga 34,7 ms dan para pengguna dapat menargetkan lawannya dengan akurat hanya dengan sedikit gerakan ujung jari.
Ponsel tersebut dibanderol dengan harga 2.499 RM atau senilai Rp8 jutaan untuk varian 8GB/128GB dan 2.999 RM atau Rp10 jutaan untuk 12GB/256GB.
Simak video peluncuran Black Shark 2 Pro di sini:
Artikel ini dikutip dari Antaranews.com