24 November 2018. Temu Akbar Mufakat Kebudayaan Indonisia lll 2018 berlangsung 23 – 25 November 2018 di Redtop Hotel Jakarta

Panitia telah menggelar pra event, FGD dan diskusi publik di beberapa kota menuju acara puncak Temu Akbar MBI III 2018 merumuskan bahana energi kebangsaan tanah air.

Beberapa peserta yang hadir didaulat membacakan puisi, bernyani dan musik diantaranya Olivia Zelianti puisi Soekarno karya Radhar Panca Dahana, Cornelia Agatha 2 puisi : Sebatang Lisong karya WS Rendra dan Demonstrasi Pagi Ini karya Radhar Panca Dahana, Acil Bimbo melantunkan lagu, Prof.Dr.Refly Harun “Berdarah” karya Sutardji Calzoum Bachri, Dwiki Darmawan dan LK Ara dengan puisi :

INDONESIAKU

Katanya Indonesiaku
Bertanah subur
Bergunung hijau
Berlembah permai
Samudranya luas
Pantainya landai
Pasirnya berkilau
Zamrut kharulistiwa

Tapi mengapa yang nampak
Tanah kering retak
Gunung gundul
Lembah gersang
Samudara kotor
Pasir hilang
Masih dapatkah
Disebut kini
Indonesiaku
Zamrud khatulistiwa

Indonesiaku
Sapamu yang dulu lembut
Kini gersang
Tegurmu yang dulu indah
Kini membuat gundah
Nyanyianmu yang dulu merdu
Kini pilu

Indonesiaku
Bahkan dalam mufakatpun
Sering nampak
Tak membawa agar bulat
Perbedaan terus terjadi
Seperti ingin menang sendiri
Apa sebenarnya yang terjadi
Bahkan dalam apresiasi
Seni artistik
Terjadi ledakan memercik
Berulang ulang
Tak membuat hati tenang
Hanya menambah bimbang
Bagaimana kesenian
Demikian garang
Wahai Indonesiaku
Apa yang terjadi

Marilah menundukkan kepala
Melihat bumi yang nyata
Membayangkan langit
Yang semakin biru
Siap mengucurkan hujan rahmat
Kalau kita minta dengan hidmat
Kalau kepada Nya kita bertaubat
Jakarta, 24.11.18

Baca juga  (G)I-DLE akan bawakan 6 lagu di Spotify OnStage JKT

Temu Akbar MBI III 23 – 25 November 2018 peserta dibagi dalam beberapa komisi, I. Komisi Kebangsaan, II. Komisi Kebudayaan III. Komisi Ideologi IV. Komisi Kontitusi V. Komisi Kenegaraan . Diharapkan masing masing sidang Temu Akbar MBI 3 menelusuri dan mempertegas bebetapa jejak kebudayaan/nomaden besar dunia di nusantara, seperti : Armenia, Yahudi, Parsi dan Arya, yang tapak dan pengaruhnya jelas, namun data dan risetnya masih samar.

Etos “(Ke)bersama(an) yang muncul misalnya dari tradisi Kitorang Basodara, tat twan asi, di ria lai padaurame, di mana aku bereksistensi melalui modus mengintegrasi dirinya dengan kamu : kamu adalah aku, ada aku dalam dirimu. Manusia adalah bagian dari kesatuan organik lingkungannya. Dari modus eksistensial inilah terproduksi sikap mempersaudarakan yang akhirnya menciptakan nilai gotong royong. [Agraria Today]